Mengenal Upacara Adat Kematian Ngaben Umat Hindu Bali

Upacara Ngaben Bali

Bali sangat terkenal akan destinasi parawisatanya yang telah terkenal baik di Indonesia maupun secara Internasional, maka tak heran Bali menjadi kota parawisata di Indonesia. Agama Hindu merupakan agama mayortitas dari masyarakat Bali dan ada tradisi upacara kematian dari masyarakat Bali yang sudah terkenal dan menjadi pusat perhatian ketika upacara ini dilakukan.

Upacara kematian tersebut dikenal dengan nama Ngaben merupakan upacara turun-temurun yang telah dilakukan dari masa nenek moyang mereka dan masih dilestarikan dan dilakukan hingga sampai saat ini. Upacara kematian ini melibatkan banyak orang dalam prosesi upacaranya  sehingga, menarik banyak orang untuk meyaksikan upacara kematian Ngaben.

Upacara Ngaben

suasana upacara ngaben
Suasana pada saat upacara Ngaben berlangsung, sumber: travel.tempo.co/

Upacara Ngaben merupakan upacara kematian dengan cara kremasi atau pembakaran jenazah. Upacara ini merupakan ritual yang dilakukan oleh umat hindu bali dengan maksud untuk menyucikan roh anggota keluarga yang telah meninggal dan menuju ke tempat peristirahatan terakhir.

Kata Ngaben mempunyai makna bekal atau abu dari makna tersebut mengarah ke satu tujuan yaitu, tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia. Dalam agama hindu selain dipercaya sebagai dewa pencipta Dewa Brahma juga mempunyai wujud sebagai dewa api.

Jadi upacara ngaben adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api agar bisa kembali ke sang pencipta. Api yang membakar dipercaya sebagai penjelmaan Dewa Brahma yang bisa membakar semua kekotoran yang melekat pada jasad dan roh orang yang telah meninggal atau dengan kata lain yaitu, menyucikan.

Jika seseorang meninggal menurut masyarakat umat hindu Bali yang mati adalah hanya jasad kasarnya saja sedangkan rohnya tidak. Oleh karena itu, untuk menyucikan roh tersebut harus dilakukan upacara Ngaben untuk memisahkan roh dengan jasad kasarnya.

Dalam upacara Ngaben pihak keluarga, rekan kerabat, dan yang menghadiri upacara tersebut dari orang yang meninggal tidak ada yang menangis atau mengeluarkan air mata, karena menurut mereka bahawa jenazahnya hanya tidak untuk sementara waktu dan sedang menjalani reinkarnasi atau menemukan peristirahatan terakhir di Moksha yaitu, suatu keadaan dimana jiwa telah bebas dari reinkarnasi dan roda kematian.

Upacara Ngaben digelar dengan sangat megah dengan iring-iringan banyak orang dan hiasan yang sangat mewah. Penggelaran upacara dengan mewah biasanya dilakukan dari keluarga yang mapu untuk melakukan hal tersebut, karena biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk membuat upacara Ngaben dengan meriah dan mewah.

Untuk dari keluarga  yang kurang mampu dalam segi pembiayan biasanya melakukan upacara Ngaben secara massal agar bisa tetap melakukan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan. Bisanya dari pihak keluarga akan mencari informasi terlebih dahulu mengenai apa saja yang diperlukan seperti harga keranda mayat atau peti, hiasan, serta perlengkapan lainnya.

Jika keluarga tidak mampu untuk memenuhi apa saja yang diperlukan untuk melakukan upacara Ngaben, pihak keluarga hanya akan diminta iuran yang disesuaikan dengan kemampuannya untuk membayar bahkan bisa secara gratis jika keluarga tersebut benar-benar tidak mampu.

Intinya adalah upacara Ngaben merupakan tradisi upacara kematian umat hindu Bali yang secara turun-temurun dilakukan dan bisa dikatakan wajib bagi setiap masyarakat atau umat hindu Bali yang meninggal untuk dilakukan proses pemakaman dengan upacara Ngaben. Untuk proses atau pelaksanaan upacara Ngaben disesuaikan dengan kemampuan dari keluarga dan jika tidak mampu bisa melaksanakan upacara Ngaben massal.

Tujuan Upacara Ngaben

Tujuan dari dieselenggarakan upacara Ngaben adalah mengembalikan ragha sarira (badan/tubuh) dengan cepat bisa kembali ke asalnya yaitu, Panca Maha Bhuta di alam ini dan Atma (roh) bisa selamat berangkat ke alam pitra dengan memutuskan keterikatannya dengan badan duniawi.

Bahasa sederhananya adalah mempercepat proses kembalinya atma (roh) dari orang yang telah meninggal untuk mempercepat proses kembalinya jasad yang telah mati atau meninggal ke alam asalnya dengan cara menjadikan jasad orang yang telah mati atau meninggal menjadi abu dengan cara dibakar agar atmanya bisa mencapai moksa atau surga.

Baca juga: Mengenal Masyarakat Suku Dayak

Tujuan lain dari upacara Ngaben adalah memperlihatkan rasa ikhlas dari keluarga yang ditinggalkan dengan melepaskan anggota keluarganya yang telah terlebih dahulu meninggal dengan melakukan ritual upacara sehingga, tidak ada lagi tangis atau air mata saat melepas kepergian seseorang yang mereka sanyangi.

Kematian jasad yang telah mati atau meninggal dan kembali kea lam asalnya diambil dalam kitab umat hindu yaitu, kitab suci veda samitha, isi dari yujurveda yang tersurat menyatakan bahwa setiap orang hindu yang mati atau meninggal wajib dijadikan abu.

Jenis-Jenis Upacara Ngaben

upacara ngaben secara massal
Upacara Ngaben secara massal, sumber: adira.co.id/

Upacara Ngaben merupakan upacara yang membutuhkan anggaran yang besar dan melibatkan banyak orang dalam prosesi upacaranya tentu hal ini hanya bisa dilakukan oleh keluarga yang mampu. Agama hindu adalah agama yang fleksibel yang memperhatikan juga dengan kondisi lain dengan kebijakan yang telah ada, sehingga ada beberapa upacara Ngaben yang dilaksanakan dengan cara yang sederhana dan tidak memerlukan biaya yang besar. Upacara Ngaben seperti ini biasa dilakukan oleh keluarga yang sederhana atau kurang mampu,

Berikut ini jenis-jenis upacara Ngaben yang dilakukan secara sederhana:

1. Mendhem Sawa

Madhem sawa memiliki arti penguburan mayat hal ini dilakukan jika tidak bisa melakukan upacara Ngaben pada saat itu, maka penguburan mayat ini dilakukan hingga menunggu waktu untuk bisa melaksanakan upacara Ngaben atau denga kata lain ditunda sementara. Selain itu memiliki tujuan untuk menududukkan sarira (badan/tubuh) kepada pada prthiwi.

2. Ngaben Mitra Yajna

Ngaben mitra yajna berasal dari kata pitra dan yajna. Pitra yang memiliki arti leluhur dan yajna memiliki arti korban suci. Untuk membedakan dengan upaca Ngaben sederhana lainnya maka, upacara Ngaben ini diberi nama Mitra Yajna. Pelaksanaan pembakaran mayat ditetapkan menurut ketentuan dalam Yama Purwana Tattwa dan pelaksanaan upacaranya dilakukan selama tujuh hari tanpa memilih hari baik.

3. Pranawa-Pranawa

Pranawa-pranawa berasal dari bahasa aksara yaitu Om Kara merupakan Ngaben yang menggunakan huruf suci sebagai simbol sawa, dimana jenazah yang telah dikuburkan tiga hari sebelum proses pembakaran mayat terlebih dahulu dilakukan proses upacara Ngelupin atau Ngulapin.

4. Pranawa Bhuanakosa

Pranawa Bhuanakosa adalah aliran Dewa Brahma terhadap Rsi Brghu. Dimana Ngaben Sawa Bhuanakosa di khususkan bagi orang yang baru meninggal mesikipun sempat ditanam dan disetra. Jadi proses Ngaben Pranawa Bhuanakosa merupakan proses yang cukup sakral karena diyakini merupakan aliran dari Dewa Brahma terhadap Rsi Brghu.

5. Swasta

Swasta memiliki arti lenyap atau alias hilang yang dilakukan untuk mayat tidak bisa dilihat seperti berada ditempat yang jauh, tidak ditemukan jenazah akibat dari bencana alam, dan lain-lain. Ngaben jenis ini biasanya dilakukan untuk mayat yang jazadnya tidak diketahui keberadaannya atau berada ditempat yang jauh. Sebagai ganti atau yang mewakili dari jenazah maka dipakailah kayu cendana yang dilukis dan berisi aksara magis. Kayu cendana ini direpresentsikan untuk badan kasar dari orang yang telah meninggal tersebut.

Tata Cara Upacara Ngaben

pembakaran jasad jenazah
Proses pembakaran jasad jenazah, sumber: mazmuzie.blogspot.com/

Proses upacara Ngaben diawali dengan menentukan hari baik oleh pendeta umat hindu, dimana keluaraga menyiapkan terlebih dahulu bade dan lembu yang terbuat dari kanyum, bamboo, kertas warna-warni. Setelah itu akan dilakukan beberapa rangkaian upacara mengenai pentuan hari baik tersebut.

Sebelumnya jasad orang yang meninggal akan diberikan terlebih dahulu ramuan seperti jamu yang berfungsi untuk memperlambat proses pembusukan hal ini biasa masih dilakukan, tetapi untuk penggunaan formalin juga bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.

Baca juga: Rumah Adat Bena Flores

Proses pemandian jasad atau dikenal dengan nama ritual nyiramin layon yang dilakukan setelah mendapatka hari baik untuk upacara Ngaben dari pendeta hindu. Setelah itu jasad akan dikenakan pakaian adat lengkap Bali dan selanjutnya dilakukan prosesi ngajum atau proses pelepasan roh.

Kemudian jasad diusung ke tempat pengabean menggunakan wadah atau peti jenzah untuk dilakukan proses upacara Ngaben yaitu, proses pembakaran jenazah menjadi abu yang dialkukan di desa setempat. Biasanya wadah atau peti akan diletakkan pada sebuah rumah yang berbentuk Padma atau symbol sebagai rumah Tuhan, bentuk dari Padma hampir mirip dengan rumah joglo dari daerah Jogja tapi, yang membedakan adalah ukurannya yang tidak begitu besar.

Sebelum pembakaran jasad jenazah akan dilakukan upacara penyucian roh oleh pendeta hindu atau orang yang mempuni untuk memimpin upacara tersebut dengan menggunakan pralina, yaitu api abstrak yang diiringi mantra peleburan kotoran atma yang ada di jasad.

Pembakaran jasad jenazah biasanya memakan waktu kurang lebih sekitar 1 jam untuk menjadi abu dan selanjutnya abu dari jasad jenazah dikumpulkan dan diletakan ke dalam kelapa gadhing untuk dijadikan sekah, kemudian kelapa gadhing  yang berisi abu jasad jenazah dilarungkan ke laut lepas.

Sekian informasi yang bisa saya sampaikan mengenai upacara adat kematian Ngaben umat hindu Bali semoga bisa menjadi informasi tambahan bagi Anda yang penasaran atau sudah pernah melihat secara langsung proses upacara Ngaben. Bila ada salah penulisan atau informasi bisa di koment dikolom komentar agar bisa ditindak lanjuti untuk dilakukan perbaikan dan Terimakasih telah membaca.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.