Indonesia adalah negri yang kaya akan budaya, Negeri yang kaya akan adat istiadat. Tidak hanya di beberapa daerah saja akan tetapi setiap daerah yang ada i indonesia memiliki budaya,kuliner, aat isitiaat yang unik dan beragam bentuknya. Dari sekian banyaknya daerah yang dimiliki oleh indonesia salah satunya adalah pekanbaru.
Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di Provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan salah satu sentra ekonomi terbesar di Pulau Sumatra dan termasuk kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi, dan urbanisasi yang tinggi.
Mari kita simak mengenai adat istiadat yang dimiliki oleh koa terbesar di provinsi riau ini. Bagi anda yang ingin berlibur ke pekabaru anda bisa mengunjungi rental mobil pekanbaru untuk dapat mencari akomodasi kendaraan yang akan anda gunakan disana.
Upacara Adat Daerah Pekanbaru
Ada beberapa upacara adat khas yang dimiliki oleh daerah pekanbaru, yaitu
1. Berinai Curi
Tradisi Riau yang satu ini sangat unik. Dilakukan sehari atau dua hari menjelang hari pernikahan sepasang calon pengantin, peralatan berinai (bahan Pacar Cina atau Henna yang digunakan untuk melukis kuku dan punggung tangan calon mempelai wanita) harus “dicuri” (diambil secara diam-diam) dari rumah calon mempelai wanita.

Makna dari ritual ini adalah menolak bala atau malapetaka bagi sang mempelai wanita dan membuat wajahnya kian bercahaya saat hari pernikahan tiba. Pemakaian bahan inai pada punggung tangan dan kaki calon mempelai wanita sendiri tidak hanya untuk mempercantik riasan pengantin, namun juga dipercaya dapat menjauhkan pengantin dari kemalangan dan gangguan jin jahat. Tradisi ini jarang ditemukan dikota kota besar hingga bisa menjadi daya tarik dan menjadi perbedaan tinggal di kota dan di desa.
2. Tepung Tawar
Tradisi Tepuk Tepung Tawar atau Tepung Tawar merupakan simbol untuk mendoakan seseorang karena keberhasilannya. Prinsip inilah yang berlaku bagi masyarakat Riau. Bisa dibilang, upacara ini menjadi salah satu bagian penting dalam sejumlah prosesi adat istiadat. Seperti hajatan acara adat perkawinan, khataman Al Qur’an, berandam, syukuran, peresmian maupun prosesi kegiatan tradisi lainya.
Baca Juga : Serunya Berpetualang Di Lembah Merapi Dengan Lava Tour
Tidak bisa ditinggalkan, sampai saat ini masyarakat Melayu di provinsi Riau dan Kepulauan Riau ini masih melaksanakan Tepung Tawar. Ada yang menilai, upacara ini menjadi simbol yang hakekatnya tetap pada kekuatan memohon doa kepada Allah SWT, agar dihindarkan dari segala marabahaya.

Pada ungkapan orang Melayu, yang disebut Tepuk Tepung Tawar, menawar segala yang berbisa, menolak segala yang menganiaya, menjauhkan segala yang menggila, mendindingkan segala yang menggoda, menepis segala yang berbahaya. Selanjutnya juga disebutkan di dalam Tepuk Tepung Tawar, terkandung segala restu, terhimpun segala doa, terpatri segala harap, tertuang segala kasih sayang.
3. Menyemah Laut
Laut merupakan sumber daya alam yang harus dilestarikan keberadaannya. Setiap suku mempunyai cara berbeda dalam melestarikannya. Hal inilah uang dilakukan oleh warga Riau dalam menjaga laut mereka.
Kegiatan yang mereka lakukan disebut dengan Upacara Menyemah Laut, yaitu sebuah tradisi untuk melestarikan laut dan isinya, guna mendatangkan manfaat bagi manusia. Salah satu manfaatnya ialah hasil laut berupa ikan yang bisa untuk dimakan dan dijual dipasar.
Umumnya, upacara ini dilakukan oleh masyarakat yang tinggal disekitar laut dan mereka yang menjalankan usaha atau mencari penghidupan dari laut.
4. Petang Megang
Semua warga muslim di tiap daerah di Tanah Air tentu memiliki cara sendiri dalam menyambut bulan suci Ramadan. Nah, tradisi Petang Megang merupakan salah satunya. Sebagian masyarakat Kota Pekanbaru, terutama masyarakat Melayu, mengadakan tradisi ini untuk memanjatkan rasa syukur dan kebahagiaan mereka karena dapat bertemu kembali dengan bulan puasa tahun itu.
Baca Juga : Mengenal Galeri Oma Jogja, Tempat Nongkrong Unik
Petang Megang juga punya istilah lain yaitu “Petang Belimau” yang artinya mandi air jeruk limau di sore hari. Air dicampur perasan jeruk limau digunakan untuk mandi sebagai simbol penyucian jiwa dan raga sebelum melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Selain jeruk limau, buah jeruk yang biasanya digunakan dalam ritual ini adalah jeruk nipis, jeruk purut, dan jeruk kapas.
Tradisi Petang Megang atau Petang Belimau ini biasanya dilakukan dalam sebuah arak-arakan warga sekitar, tokoh agama, pemimpin adat, dan pejabat daerah. Dengan iringan kesenian Kompang atau alat musik tradisional khas Melayu Riau, arak-arakan pun berjalan menuju lokasi upacara Petang Megang dilangsungkan.
Ritual ini dimulai dengan berziarah ke makam para leluhur yang merupakan tokoh agama Riau yang dianggap penting setelah salat Zuhur berjemaah di Masjid Raya Pekanbaru. Lokasi masjid hanya sekitar 1km dari tempat tradisi Petang Megang diadakan.

Seusai berziarah, rombongan arak-arakan pun biasanya kembali ke Masjid Raya Pekanbaru untuk melaksanakan salat Asar berjemaah. Kemudian, rombongan berjalan menuju Sungai Siak yang merupakan lokasi puncak upacara Petang Megang.
Di tepi Sungai Siak, prosesi mandi “belimau” dilakukan pada 10 anak kecil dan remaja. Para tokoh agama dan pejabat daerahlah yang diberi kehormatan untuk memandikan kesepuluh anak tersebut. Campuran air dalam bak air mandi tidak hanya perasan jeruk limau, tetapi juga harum-haruman dari bunga dan daun 7 rupa (seperti serai wangi, daun nilam, dan mayang pinang).
Itulah beberapa tradisi yang dimiliki oleh kota terbesar di provinsi riau ini. Semoga artikel di atas dapat bermanfaat bagi anda. Selamat membaca dan Terimakasih.